Kamis, 27 Mei 2010

Hubungan Internasional, adalah cabang dari ilmu politik, merupakan suatu studi tentang persoalan-persoalan luar negeri dan isu-isu global di antara negara-negara dalam sistem internasional, termasuk peran negara-negara, organisasi-organisasi antarpemerintah, organisasi-organisasi nonpemerintah atau lembaga swadaya masyarakat, dan perusahaan-perusahaan multinasional.[1].Hubungan Internasional adalah suatu bidang akademis dan kebijakan publik dan dapat bersifat positif atau normatif karena berusaha menganalisis serta merumuskan kebijakan luar negeri negara-negara tertentu.[2].


Selain ilmu politik, Hubungan Internasional menggunakan pelbagai bidang ilmu seperti ekonomi, sejarah, hukum, filsafat, geografi, sosiologi, antropologi, psikologi, studi-studi budaya dalam kajian-kajiannya.[3] HI mencakup rentang isu yang luas, dari globalisasi dan dampak-dampaknya terhadap masyarakat-masyarakat dan kedaulatan negara sampai kelestrarian ekologis, proliferasi nuklir, nasionalisme, perkembangan ekonomi, terorisme, kejahatan yang terorganisasi, keselamatan umat manusia, dan hak-hak asasi manusia.[4]

Minggu, 16 Mei 2010

iT'S mE,,,

Antropologi berasal dari kata Yunani άνθρωπος (baca: anthropos) yang berarti "manusia" atau "orang", dan logos yang berarti ilmu. Antropologi mempelajari manusia sebagai makhluk biologis sekaligus makhluk sosial.

Antropologi memiliki dua sisi holistik dimana meneliti manusia pada tiap waktu dan tiap dimensi kemanusiaannya. Arus utama inilah yang secara tradisional memisahkan antropologi dari disiplin ilmu kemanusiaan lainnya yang menekankan pada perbandingan/perbedaan budaya antar manusia. Walaupun begitu sisi ini banyak diperdebatkan dan menjadi kontroversi sehingga metode antropologi sekarang seringkali dilakukan pada pemusatan penelitian pada penduduk yang merupakan masyarakat tunggal.

Definisi Antropologi menurut para ahli

  • William A. Havilland: Antropologi adalah studi tentang umat manusia, berusaha menyusun generalisasi yang bermanfaat tentang manusia dan perilakunya serta untuk memperoleh pengertian yang lengkap tentang keanekaragaman manusia.
  • David Hunter:Antropologi adalah ilmu yang lahir dari keingintahuan yang tidak terbatas tentang umat manusia.
  • Koentjaraningrat: Antropologi adalah ilmu yang mempelajari umat manusia pada umumnya dengan mempelajari aneka warna, bentuk fisik masyarakat serta kebudayaan yang dihasilkan.

Dari definisi-definisi tersebut, dapat disusun pengertian sederhana antropologi, yaitu sebuah ilmu yang mempelajari manusia dari segi keanekaragaman fisik serta kebudayaan (cara-cara berprilaku, tradisi-tradisi, nilai-nilai) yang dihasilkan sehingga setiap manusia yang satu dengan yang lainnya berbeda-beda.

Sejarah

Seperti halnya sosiologi, antropologi sebagai sebuah ilmu juga mengalami tahapan-tahapan dalam perkembangannya.

Koentjaraninggrat menyusun perkembangan ilmu Antropologi menjadi empat fase sebagai berikut: Fase Pertama (Sebelum tahun 1800-an)

Manusia dan kebudayaannya, sebagai bahan kajian Antropologi.

Sekitar abad ke-15-16, bangsa-bangsa di Eropa mulai berlomba-lomba untuk menjelajahi dunia. Mulai dari Afrika, Amerika, Asia, hingga ke Australia. Dalam penjelajahannya mereka banyak menemukan hal-hal baru. Mereka juga banyak menjumpai suku-suku yang asing bagi mereka. Kisah-kisah petualangan dan penemuan mereka kemudian mereka catat di buku harian ataupun jurnal perjalanan. Mereka mencatat segala sesuatu yang berhubungan dengan suku-suku asing tersebut. Mulai dari ciri-ciri fisik, kebudayaan, susunan masyarakat, atau bahasa dari suku tersebut. Bahan-bahan yang berisi tentang deskripsi suku asing tersebut kemudian dikenal dengan bahan etnografi atau deskripsi tentang bangsa-bangsa.

Bahan etnografi itu menarik perhatian pelajar-pelajar di Eropa. Kemudian, pada permulaan abad ke-19 perhatian bangsa Eropa terhadap bahan-bahan etnografi suku luar Eropa dari sudut pandang ilmiah, menjadi sangat besar. Karena itu, timbul usaha-usaha untuk mengintegrasikan seluruh himpunan bahan etnografi.

Fase Kedua (tahun 1800-an)

Pada fase ini, bahan-bahan etnografi tersebut telah disusun menjadi karangan-karangan berdasarkan cara berpikir evolusi masyarakat pada saat itu. masyarakat dan kebudayaan berevolusi secara perlahan-lahan dan dalam jangka waktu yang lama. Mereka menganggap bangsa-bangsa selain Eropa sebagai bangsa-bangsa primitif yang tertinggal, dan menganggap Eropa sebagai bangsa yang tinggi kebudayaannya

Pada fase ini, Antopologi bertujuan akademis, mereka mempelajari masyarakat dan kebudayaan primitif dengan maksud untuk memperoleh pemahaman tentang tingkat-tingkat sejarah penyebaran kebudayaan manusia.

Fase Ketiga (awal abad ke-20)

Pada fase ini, negara-negara di Eropa berlomba-lomba membangun koloni di benua lain seperti Asia, Amerika, Australia dan Afrika. Dalam rangka membangun koloni-koloni tersebut, muncul berbagai kendala seperti serangan dari bangsa asli, pemberontakan-pemberontakan, cuaca yang kurang cocok bagi bangsa Eropa serta hambatan-hambatan lain. Dalam menghadapinya, pemerintahan kolonial negara Eropa berusaha mencari-cari kelemahan suku asli untuk kemudian menaklukannya. Untuk itulah mereka mulai mempelajari bahan-bahan etnografi tentang suku-suku bangsa di luar Eropa, mempelajari kebudayaan dan kebiasaannya, untuk kepentingan pemerintah kolonial.

Fase Keempat (setelah tahun 1930-an)

Pada fase ini, Antropologi berkembang secara pesat. Kebudayaan-kebudayaan suku bangsa asli yang di jajah bangsa Eropa, mulai hilang akibat terpengaruh kebudayaan bangsa Eropa.

Pada masa ini pula terjadi sebuah perang besar di Eropa, Perang Dunia II. Perang ini membawa banyak perubahan dalam kehidupan manusia dan membawa sebagian besar negara-negara di dunia kepada kehancuran total. Kehancuran itu menghasilkan kemiskinan, kesenjangan sosial, dan kesengsaraan yang tak berujung.

Namun pada saat itu juga, muncul semangat nasionalisme bangsa-bangsa yang dijajah Eropa untuk keluar dari belenggu penjajahan. Sebagian dari bangsa-bangsa tersebut berhasil mereka. Namun banyak masyarakatnya yang masih memendam dendam terhadap bangsa Eropa yang telah menjajah mereka selama bertahun-tahun.

Proses-proses perubahan tersebut menyebabkan perhatian ilmu antropologi tidak lagi ditujukan kepada penduduk pedesaan di luar Eropa, tetapi juga kepada suku bangsa di daerah pedalaman Eropa seperti suku bangsa Soami, Flam dan Lapp.


Kamis, 21 Januari 2010

Kong qi li duo zhe shen me
You dian lang man de xin dong
Wo tou tou kan ni ni ye tou tou kan wo
Shi jie shang duo le shen me
Hao xiang bian de hen bu tong
Zhan zai ni shen bian zhe yi qie dou hao kuan kuo

* Wo hai zai deng zhe ni jing jing de ai wo
Zhi yao you ni pei wo jing jing de jiu zu gou
Ni ye zai deng zhe wo jing jing de wen rou
Jiu zhe yang shou qian shou jing jing de kan zhe tian kong /

Xin li mian cang zhe shen me
Ni zhi xiang yao rang wo dong
Yuan lai wo de meng ye jiu shi ni de meng
Zhi tiao shang xie le shen me
Wo hao xiang yao ting ni shuo
Rang zi zi ju ju chong man wo men de xiao rong

(Repeat *)

Yong yuan yao ji de na tian bi ci xu xia de cheng nuo
Shun jian dian liang de huo hua shi wo men de yong you

(Repeat *)

Jumat, 15 Januari 2010

Para pengguna telepon seluler sangat beragam, sehingga beberapa usaha penelitian yang mencoba untuk melakukan penyelidikan tentang seberapa sering dan pentingnya kita menggunakan ponsel kita tak akan memberikan gambaran valid secara keseluruhan.

Namun demikian, sebuah penelitian yang disponsori oleh CPP, berusaha untuk bisa mencakup hampir sebagian besar penggunaan ponsel. Menurut mereka, para pemilik ponsel di Inggris rata-rata melakukan komunikasi via ponsel sebanyak 88.518 kali selama 7.203 jam, atau dalam jangka waktu sekitar 10 bulan.

Tentu saja, memberikan penilaian atas sebuah ‘figur gaya hidup’ untuk hal itu benar-benar suatu tindakan yang ’sia-sia’, disamping karena teknologi ponsel barusaja populer selama lebih kurang 10 tahun terakhir ini dan siapa yang akan tahu bagaimana cara kita berkomunikasi di tahun 2057 nanti. Namun setidaknya bisa diindikasikan bahwa rata-rata seseorang menghabiskan waktu selama 6 hari setahun untuk ngobrol melalui telepon.

Anggaplah itu adalah figur yang ada tentang gaya hidup menggunakan ponsel dan walaupun ada segelintir orang yang punya telepon jarang sekali menggunakan teleponnya, paling tidak bisa kita katakan bahwa ‘budaya’ ponsel telah tertanam dalam pikirannya.

Penelitian yang telah dilakukan juga menyebutkan bahwa pembicaraan melalui telepon paling lama dilakukan rata-rata selama 48 menit, sesuai dengan penelitian yang dilakukan terhadap konsumen mereka, dan rata-rata sebuah ponsel memiliki lebih dari 40 nomor telepon, namun hanya lebih kurang 12 nomor saja dari keseluruhan nomor yang disimpan yang paling sering melakukan kontak.

Selain itu disebutkan pula bahwa kaum hawa biasanya berbicara lebih lama daripada kaum lelaki, 68% akan mengangkat panggilan yang masuk, walaupun kadang mereka hanya menyampaikan permohonan maaf karena tak bisa menerima kontak telepon pada saat itu, dan yang lebih menghebohkan lagi bahwa seperempat dari para subscriber di Inggris menjawab telepon di toilet, serta sebanyak 3% mengaku bahwa mereka mengangkat telepon saat mereka tengah berhubungan intim dengan pasangannya. Hal itu menggambarkan begitu pentingnya sebuah percakapan terjadi.

Penelitian di atas tak memasukkan seberapa besar penggunaan ponsel untuk aktivitas ‘non-suara’. Padahal, perangkat seperti NOKIA N95 hadir dengan segala yang kita butuhkan, kecuali sebuah dapur untuk memasak tentunya, terutama bagi para kalangan pengguna ponsel yang sangat ‘tergila-gila’ dengan akses internet, email, musik dan navigasi satelit, bisa membuat orang melakukan komunikasi lewat ponselnya daripada mengobrol langsung dengan seseorang.

Selasa, 05 Januari 2010

LAgUaGe CoMmUnItY

AdA LeMbAh sEdAlAm kEnAnGan
mE NgGeNaNgAn hAtI Ke tEpIaN
AdA SaMuDrA SeLuAs kIaSaN
MeMbEnTaNg nAdI Ke tEpiAn
lEmBaH ItulAh kAsIh sAyAnG
SaMuDrA ItUlAh pEnGoRBanAn
tERiMaLaH PeRsEmBaHaN
DaRi sEtItIk eMbUn uNtUk MoE.....